
Komitmen KPU Karanganyar Mewujudkan Pemilu Inklusif
AUDIO BERITA KARANGANYAR - Pemilu dan Pemilihan Serentak 2024 memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua warga negara untuk berpartisipasi. Partisipasi masyarakat dilakukan tanpa memandang suku, ras, agama, jenis kelamin, penyandang disabilitas, status sosial, ekonomi dan lainnya. Anggota KPU Karanganyar Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM, Devid Wahyuningtyas menyatakan komitmen untuk mewujudkan Pemilu inklusif. Perwujudan Pemilu yang inklusif tidak hanya pada saat hari pemungutan saja dengan memberikan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas akan tetapi lebih jauh dengan pelibatan penyandang disabilitas pada tahapan dan proses pemilu. “Pelibatan disabilitas tak hanya sebagai pemilih pada hari pemungutan suara, melainkan mulai dari tahapan persiapan hingga penyelenggaraan pemilu. Sosialisasi, pendataan pemilih, sampai dengan proses pemungutan suara diharapkan ramah dan turut menyertakan keterlibatan aktif penyandang disabilitas,” kata Devid dalam Sosialisasi Pengawasan Partisipatif bertajuk Pemilu Inklusif Bagi Penyandang Disabilitas yang digelar Bawaslu Karanganyar di Euphoria Café (Selasa, 22/03/2022). Devid mencontohkan dalam pembangunan websitenya, KPU Karanganyar juga ikut serta melibatkan penyandang disabilitas untuk memberikan saran dan masukan dengan menggandeng Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia) Karanganyar yang diketuai Suprapto, agar website KPU Karanganyar inklusif dan bisa diakses oleh penyandang disabilitas terutama tuna netra. Anggota Bawaslu Karanganyar, Sri Handoko menyampaikan tentang pentingnya pengawasan partisipatif dari penyandang disabilitas dalam pemilu. Dimulai dari pendataan pemilih, harapannya penyandang disabilitas dapat didata secara akurat sehingga dapat dipetakan kebutuhan aksesibilitas pada masing-masing TPS sejak dini. Widayati, selaku narasumber mewakili penyandang disabilitas menyampaikan apresiasi kepada KPU Karanganyar karena telah memberikan kesempatan yang sama kepada penyandang disabilitas. “Sebagai contoh dalam helatan Pemilu 2019, KPU Karanganyar membentuk relawan demokrasi. Beberapa teman disabilitas dipilih menjadi relawan demokrasi, untuk membantu KPU Karanganyar dalam melaksanakan sosialisasi bagi penyandang disabilitas,” ujar Widayati. Sedangkan, Abbas dari perwakilan disabilitas tuli, menyampaikan masukan terkait aplikasi Hear Me yang dapat mengkonversikan suara menjadi animasi bahasa isyarat bagi penyandang disabilitas tuli. “Harapannya nanti pada pemilu 2024 aplikasi ini dapat digunakan sebagai alat bantu bagi penyandang disabilitas tuli,” jelas Abbas. Sebagai penutup dalam diskusi, Widawati mengajak penyandang disabilitas di Karanganyar untuk percaya diri dan terlibat aktif dalam proses Pemilu, sehingga pelibatan penyandang disabilitas tak hanya simbol atau formalitas belaka, dan penyelenggaraan Pemilu inklusif dapat diwujudkan secara nyata. (DW)