
Strategi Bersosialisasi di Medsos
KARANGANYAR – Dalam bersosialisasi di Media sosial (Medsos), metode penyampaian materi informasi menjadi hal yang penting dalam menentukan tujuan yang akan dicapai. Ajakan kepada orang akan mudah dipahami dengan menggunakan sosial media yang berplatform basis audio dan visual seperti instagram, youtube, twitter dan lain-lain. Karena orang akan mudah diajak bila dalam ajakan tersebut apabila ada contoh, gestur yang bisa mereka lihat ketimbang tidak ada yang mereka lihat.
Hal ini disampaikan oleh Agung Yudha, Chief Representative of Twitter APAC in Jakarta and Head of Public for Indonesia, Malaysia and The Philippines dalam webinar bertema “Optimalisasi Media Sosial dalam Pilkada Dimasa Pandemi Covid-19”, yang diselenggarakan oleh KPU Provinsi Jawa Tengah, Kamis (9/07/2020).
Selanjutnya Agung Yudha yang akrab disapa Agung berbagi tips pengelolaan media sosial Twitter yang efektif kepada Komisioner Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, Kasubag Teknis dan Staf yang membidangi kehumasan di lingkungan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.
“Kesalahan yang sering terjadi di lembaga negara Indonesia tetapi juga sering terjadi di negara lain, mereka menganggap media sosial itu sama, sehingga memperlakukan media sosial sama. Sehingga yang terjadi adalah cost posting yaitu apa yang diposting di satu sosial media sama dengan apa yang diposting di media sosial yang lain. Pada hal setiap media sosial mempuyai ciri khas atau kelebihan masing-masing yang seharusnya digunakan secara komplementer atau saling melengkapi bukan dianggap sebagai orang atau platform yang sama,” jelas Agung.
Agung menerangkan bahwa perlu berstrategi dalam penggunaan media untuk sosialisasi dalam Medsos. “Beberapa kesalahan berupa tidak menggunakan fitur yang ada di platform tersebut secara optimal, sehingga kadang-kadang apabila sudah nyaman dengan sebagian fitur tersebut akan digunakan secara terus menerus. Padahal ada fitur lain yang lebih tepat digunakan pada sesuatu yang berbeda,” imbuhnya.
Sering terjadi kesalahan terutama di twitter, yaitu komuikasi yang terjadi satu arah, yang seharusnya media sosial digunakan untuk ber sosial media seperti namanya. Dan cara bersosialisasi tentu berbeda-beda. Sebagai contoh apabila kita ingin menyampaikan sebuah informasi yang sama tapi ingin disampaikan kepada kelompok yang berbeda tentunya kita akan menggunakan bahasa atau cara yang berbeda.
“Di saat inilah KPU harus bisa mengoptimalkan sosial media untuk menyampaikan berbagai informasi tentang KPU baik yang Pilkada maupun yang tidak Pilkada, sehingga terbangun kepercayaan dari pengguna media sosial,” kata Agung Yudha dalam paparannya.
Anggota KPU Provinsi Jawa Tengah Divisi Sosdiklih Parmas Diana Ariyanti sebagai moderator diskusi juga mengajak seluruh KPU Kabupaten/Kota di Jawa Tengah agar ilmu yang disampaikan oleh Agung Yudha dapat diserap oleh 35 Kabupaten/Kota se Jawa Tengah baik yang Pilkada maupun yang tidak pilkada. Serta diharapkan PPS, PPK dan PPDP menjadi cyber army nya KPU Jawa Tengah dan KPU Kabupaten/Kota masing-masing lewat media sosial yang bisa digunakan untuk menginformasikan hal ihwal terkait pilkadanya nanti maupun KPU Kabupaten/Kota yang tidak Pilkada bisa menyerap hasil diskusi tersebut. (TR)